Hari ini adalah hari yang hening. Tidak ada sorak-sorai. Tidak ada kemenangan yang tampak. Yang ada hanya suara paku menghantam kayu, teriakan kesakitan, dan tangisan orang-orang yang mengasihi-Nya. Jumat Agung bukan hari kemenangan dalam ukuran dunia, tetapi justru di dalam penderitaan itulah kasih Allah dinyatakan paling sempurna. Yesus, yang tidak berdosa, digantung di antara dua penjahat. Ia dihina, diludahi, disiksa, dan akhirnya wafat. Semua itu bukan karena Ia lemah, tetapi karena Ia mengasihi. Salib dulu dikenal sebagai alat hukuman paling kejam telah berubah makna. Kini salib menjadi lambang pengharapan, keselamatan, dan kasih yang tak bersyarat. Di sana, Yesus menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa memisahkan kita dari kasih Allah, tidak dosa, tidak masa lalu, tidak pun kematian.
Renungkan ini: Apa yang membuat Yesus rela menderita seperti itu? Jawabannya adalah kita. Karena begitu besar kasih Allah kepada dunia ini, termasuk dirimu dan diriku, Ia memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Jumat Agung adalah ajakan untuk merenung dan kembali. Kembali kepada kasih yang sejati. Kembali kepada hati yang bersyukur. Kembali kepada hidup yang dibentuk oleh pengorbanan Kristus. Mari kita bawa semua luka, semua dosa, semua pergumulan kita kepada salib. Di sanalah kita menemukan pengampunan. Di sanalah kita menemukan kekuatan. Dan dari sanalah kita dimampukan untuk mengasihi seperti Dia mengasihi.
Hari ini, biarlah kita berdiam diri. Biarlah salib berbicara. Karena dalam diam itu, kasih Allah berseru paling lantang: "Engkau begitu berharga, sampai Aku rela mati bagimu."
Jln. Amanhuse-Namalatu, Dusun Erie Desa Nusaniwe, Kec. Nusaniwe
admin@gerejakehidupaneri.gmail.com
081247879456
© Gereja Kehidupan Erie. All Rights Reserved. Designed by ADMIN